Mengenal Murai Batu (Copsychus malabricus), Burung Penyanyi yang Terancam Punah



Copsychus malabricus (wikimedia.org)

Burung murai batu (Copsychus malabaricus) merupakan anggota dari keluarga Turdidae (IUCN 2017). Habitat asli dari burung murai batu adalah hutan alam yang cukup rapat atau hutan sekunder. Murai batu termasuk kelompok burung yang dikenal memiliki teritorial dan sangat kuat dalam mempertahankan wilayahnya (Thruses). Burung murai batu memiliki karakteristik fisik yaitu unik yaitu bagian kepala dan dada atas berwarna hitam kebiruan dan memiliki kilau, bagian dada berwarna coklat, bagian kaki kaki berwanra merah muda serta bagian tunggir berwarna putih. Bagian kepala, leher, dada bagian atas dan paruhnya berwarna hitam berkilau dan bagian bawahnya berwarna coklat. Burung murai batu memiliki ciri khas yaitu ekor yang panjangnya melebihi panjang tubuhnya. Hal ini sesuai dengan Rachmanto (2003) yang menjelaskan bahwa ciri umum dari seluruh jenis burung murai batu memiliki ekor yang lebih panjang dari badannya. 


Copsychus malabricus setelah moulting (hbw.com)

Burung murai batu dapat mengalami moulting atau pergantian bulu pada seluruh tubuh secara bertahap. Warna bulu pada burung yang sedang mengalami moulting tampak lebih kusam dari pada biasanya. Proses moulting pada umumnya pertama kali terjadi pada usia antara umur 2 hingga 4 bulan, dan berlangsung selama 2 hingga 3 bulan serta akan mengalami fase moulting kembali pada setiap 6 bulan atau 1 tahun berikutnya (Munandi 2014).

Copsychus malabricus berkicau (jalaksuren.net)

Burung dari keluarga Turdidae ini dikenal memiliki kemampuan berkicau yang sangat baik serta memiliki suara yang merdu, bermelodi, memiliki variasi lagu suara yang tidak terputus-putus, lantang, dan dilakukan dengan satu tarikan nafas. Selain itu, burung murai batu lebih banyak menggunakan waktunya untuk bersuara dari pada aktivitas lainnya (Basuni et al. 2005). Berdasarkan penilaian pada kontes burung, kicauan dari song murai batu memiliki kualitas yang baik sehingga sering dilombakan dalam kontes burung. Karakteristik suara song burung murai batu dilihat berdasarkan tingkat dari variasi lagu yang dikeluarkan oleh burung tersebut. Semakin tinggi variasi suara song burung murai batu, maka semakin tinggi kualitas suara song nya. Sehingga burung murai batu yang terlatih akan memiliki karakteristik spectogram dan oscilogram berbeda dari yang tidak terlatih. Kontes (kompetisi) burung penyanyi (song bird) sudah lama hadir di Indonesia dan mulai populer pada awal 1970-an hingga saat ini. Kemampuan burung Murai Batu mengeluarkan kicauan yang sangat baik menyebabkan murai batu sering diperjualbelikan. 


Copsychus malabricus (wikimedia.org)

Berdasarkan beberapa penelitian, perdagangan burung murai batu (Copsychus malabaricus) terutama di wilayah Asia Tenggara dalam beberapa dekade mengalami peningkatan yang signifikan. Perburuan burung tersebar di pelosok Pulau Sumatera, Semenanjung Malaysia, dan sebagian Pulau Jawa ini meningkat karena permintaan burung murai batu sebagai partisipan dalam kontes bernyanyi dan sebagai hewan peliharaan. Faktor ini membuat banyak spesies di alam liar, termasuk murai batu menurun dan terancam punah. Lebih dari dua lusin spesies telah berpindah dari habitat aslinya, yaitu di wilayah Asia Tenggara, akibat tingginya penangkapan burung ini untuk diperjualbelikan di dalam kandang. Indonesia merupakan negara yang paling sering dilewati untuk perdagangan internasional, terutama dari negara Malaysia. Oleh sebab itu, seruan untuk meminta perlindungan dan dibentuknya regulasi mulai bermunculan untuk burung dari famili Turdidae ini. Dalam Convention on International Trade Endangered Spesies of Wild Fauna and Flora (CITES), perdagangan burung murai batu menjadi salah satu agenda yang di bahas dalam forum yang dilaksanakan di Petaling Jaya, Malaysia. Ini merupakan salah satu langkah awal untuk menerapkan aturan guna melindungi populasi burung penyanyi, seperti murai batu dari kepunahan.

References;
Basuni S, Hernowo JB, Mulyono M. 2005. Studi beberapa aspek ekologi burung murai batu dihutan wisata pananjung pangandaran. J Media Konservasi. 2 (10): 47-50.
BirdLife International, 2015. Species factsheet: Copsychus malabaricus. Cambridge, UK: BirdLife International. http://www.birdlife.org/datazone/speciesfactsheet.php?id=32266
Clements JF, 2007. The Clements checklist of the birds of the world (6th ed.). Ithaca, New York: Cornell University Press, 843 pp.
Collar NJ, 2004. Species limits in some Indonesian thrushes. Forktail, 20:71-87. http://orientalbirdclub.org/wp-content/uploads/2012/09/Collar-Thrushes.pdf
Munandi A. 2014. Mabung pada murai batu [Internet]. [diunduh 09 Desember 2019]. Tersedia pada:http://www.Omkicau.com.
Rachmanto. 2003. Penangkaran Burung Murai Batu. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Komentar

Postingan Populer